Pembalap sepeda motor, sering diidolakan karena keberanian mereka, bahkan lebih dari pembalap mobil F1. Menurut Bonanza88, berpacu dengan kecepatan hingga 300Kph dan hanya dilindungi oleh helm dan pakaian balap (wearpack) jelas butuh keberanian yang luar biasa.
Tapi itu bukan satu-satunya alasan mengapa para pengendara ini benar-benar seperti pahlawan gladiator. Seringkali mereka langsung kembali ke sepeda setelah cedera yang membuat manusia biasa harus istirahat selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Ini adalah kegigihan atau ketahanan murni, atau ‘grit’ seperti yang sering mereka sebut di Australia.
Di antara banyaknya pembalap Moto GP dengan grit, Mick Doohan dari Australia adalah salah satu pebalap paling tangguh di antara semuanya, Bahkan mungkin, setelah membaca kisahnya, dia akan menjadi yang paling tangguh di mata Anda. Penasaran akan kisah hidup salah satu legenda Moto GP ini? Silakan simak terus artikel ini.
Awal Karier
Mick lahir tanggal 4 Juni 1965 di Brisbane, Australia, anak bungsu dari tiga bersaudara. Balap motor mulai menjadi pilihan serius bagi Doohan ketika, setelah satu musim di balap 250cc, ia ditawari satu kali ikut balapan di Kejuaraan Superbike Australia oleh Mekanik Tim Suzuki Warren Willing.
Berhasil finis di tempat ke lima yang luar biasa membuat Yamaha SBK menawarkan Doohan posisi sebagai pembalap mereka untuk tahun 1988. Doohan memenangkan banyak balapan tahun itu, dan namanya mulai digadang-gadang akan masuk ke kelas balapan motor tertinggi, yaitu Grand Prix (sekarang Moto GP).
Petualangan di Moto GP
Pada tahun 1989, petualangannya di kejuaraan dunia dimulai dengan pabrikan Honda ketika dia baru berusia 24 tahun, yang berakhir dengan posisi ke sembilan di klasemen. Tetapi pada tahun 1990 dia benar-benar mulai menunjukkan kapasitasnya.
Dia menyelesaikan tahun itu di posisi ke tiga secara keseluruhan, di belakang dua nama besar di balap motor dari Amerika Serikat: Wayne Rainey dan Kevin Schwantz.
Doohan bahkan tampil lebih baik pada tahun 1991, mengklaim 14 podium untuk menyelesaikan musim itu sebagai runner-up di belakang Rainey dan di depan Schwantz.
Pada tahun 1992, Doohan disebut sebagai favorit kejuaraan dan sejak awal dia tidak mengecewakan: dengan memenangkan lima dari tujuh balapan pertama dan finis ke dua di dua balapan lainnya.
Dia tampaknya akan meraih gelar juara tahun itu, tetapi takdir punya rencana lain. Setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-27 pada 4 Juni 1992, Doohan tiba untuk putaran delapan musim di sirkuit Assen di Belanda yang terkenal akan tata letak teknisnya yang menantang.
Pada kualifikasi, dia terjebak di bawah motornya setelah terjatuh, yang menyeretnya melintasi sirkuit dan membuat kaki kanannya patah saat dia mencoba membebaskan diri. Cedera ini sebenarnya tidak tampak terlalu serius pada saat itu, setidaknya tidak menurut standar pengendara motor.
Doohan lalu dibawa ke rumah sakit terdekat dan menjalani operasi untuk memulihkan patah tulangnya. Tetapi operasi itu tidak memberikan hasil yang diinginkan. Setelah mengalami beberapa kali komplikasi infeksi, para dokter Belanda menyimpulkan bahwa satu-satunya solusi adalah mengamputasi kaki kanannya.
Doohan hanya diselamatkan dari nasib buruk ini berkat kegigihan salah satu dokter paling terkenal di antara pembalap Moto GP, Dr Claudio Costa dari Italia. Sang dokter membawanya kembali ke Bologna dan menggunakan teknik bedah mutakhir untuk menyatukan kedua kaki Doohan, sehingga anggota tubuh yang sehat dapat membantu regenerasi kaki lainnya.
Setelah dua minggu, kakinya terpisah sekali lagi dan Doohan memulai program rehabilitasi yang rumit namun intens. Hebatnya dia kembali balapan hanya dua bulan setelah kecelakaan, pada 21 Agustus 1992, di Grand Prix Brasil. Dia berjuang keras untuk mengejar gelar sampai ke balapan terakhir musim itu, dengan Rainey akhirnya dinobatkan sebagai juara lagi.
Butuh beberapa saat baginya untuk kembali ke performa terbaiknya. Lalu karena kerusakan permanen pada kaki kanannya, dia terpaksa menggunakan tuas tambahan di stang kiri Honda untuk mengoperasikan rem belakang
Insiden yang mengerikan itu menjadi pembuktian kegigihannya dan merupakan titik balik dalam karier Doohan. Pada tahun 1994 ia akhirnya mengklaim gelar pertamanya di kelas 500cc (Moto GP sekarang). Gelar ini diikuti oleh empat lagi secara berturut-turut (selalu dengan Honda NSR500) hingga tahun 1998.
Doohan juga mencatat rekor kemenangan terbanyak dalam satu musim, dengan mengklaim 12 kemenangan dalam satu musim 1997. Ini adalah rekor yang bertahan hingga Grand Prix Valencia 2014, ketika Marc Marquez meraih 13 kemenangan dalam satu musim.
Namun pada tahun 1999, nasib sial kembali menimpa Doohan ketika dia jatuh sekali lagi dan mematahkan kembali kaki rapuhnya yang telah rusak pada tahun 1992. Ini menjadi penanda akan akhir karier profesionalnya.
Begitu banyak waktu telah berlalu sejak itu, dan lebih banyak lagi juara telah dinobatkan. Namun hingga sekarang, menurut Bonanza88, pembalap Australia ini tetap menjadi inspirasi bagi semua pebalap yang datang setelah dirinya.Kegigihan Doohan akan selamanya menjadi legenda bagi para penggemar balap motor di seluruh dunia.